Tasikmalaya- Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) terus melanjutkan pembangunan bendungan di sejumlah daerah untuk mewujudkan ketahanan air dan ketahanan pangan nasional. salah satu bendungan yang tengah diselesaikan adalah Bendungan Leuwikeris di Kabupaten Tasikmalaya dan Ciamis Provinsi Jawa Barat.
Bendungan Leuwikeris merupakan salah satu Program Strategis Nasional Bidang Sumber Daya Air yang tercantum dalam Peraturan Presiden (Perpres) No 109 Tahun 2020.
Bendungan ini mampu menampung air 45,35 juta m3 untuk mensuplai irigasi seluas 11,216 hektare di Kabupaten Tasikmalaya, Ciamis, dan Cilacap. Diharapkan suplai air irigasi dari Bendungan Leuwikeris dapat membantu petani meningkatkan intensitas tanamnya jika dibandingkan dengan metode tadah hujan yang hanya satu kali dalam setahun.
Menteri PUPR Basuki Hadimuljono mengatakan, pembangunan bendungan bertujuan untuk peningkatan volume tampungan air sehingga suplai air irigasi ke lahan pertanian terus terjaga, penyediaan air baku dan pengendalian banjir.
“Sungai Citanduy belum memiliki bendungan. Apabila bendungannya sudah rampung, maka kontinuitas suplai air ke sawah terjaga. Selama ini lahan pertanian kerap mengalami banjir saat musim hujan dan kekurangan air pada musim kemarau,” kata Menteri Basuki.
Konstruksi Bendungan Leuwikeris mulai dibangun sejak 2016 dan ditargetkan mulai pengisian air awal (impounding) tahun 2023. saat ini progres bangunan fisik bendungan sudah mencapai 82% dengan biaya pembangunan sekitar Rp 2,8 triliun.
Pembangunan Bendungan Leuwikeris dibagi dalam lima paket yakni Paket I dikerjakan oleh PT Pembangunan Perumahan-PT Bahagia Bangun Nusa (KSO) untuk konstruksi tubuh bendungan utama (main dam) dan fasilitas umum senilai Rp867 miliar.
Paket II oleh PT Waskita Karya – PT Adhi Karya (KSO) untuk pembangunan pelimpah (spillway), hidromekanikal dan elektrikal, bangunan pengelak, jalan akses, saluran U-dith senilai Rp461,8 miliar.
paket III dikerjakan oleh PT Hutama Karya untuk pekerjaan terowongan pengelak (tunnel divertion) dan pembangunan jalan akses senilai Rp 385,2 miliar.
Paket IV yakni pekerjaan plugging terowongan pengelak, pembetonan spillway, dan pekerjaaan electrical serta hydromechanical, instrumentasi, jalan akses, beserta peralatan penunjang operasi dan pemelirahaan senilai Rp804,3 miliar oleh PT Waskita Karya – PT Hutama Karya- PT Basuki Rahmanta Putra (KSO).
Paket V dikerjakan oleh PT Waskita Karya – PT Adhi Karya (KSO) berupa terowongan pengelak, bangunan pengambilan, hidronekanikal, dan Jembatan Cikembang senilai Rp289,7 miliar. Sedangkan konsultan pengawasan oleh PT Virama Karya dan PT Catur Bina Guna Persada KSO sebesar Rp 49,8 miliar serta penyedia jasa supervisi lanjutan oleh PT Sarana Bhuana Jaya – PT Virama Karya – PT Rencana Ciptakan Mandiri (KSO) senilai Rp 6,9 miliar.
Kepala Bidang Pelaksanaan Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Citanduy, Ditjen SDA Sugeng Harianto mengatakan proyek pembangunan Bendungan Leuwikeris juga menyertakan pembangunan terowongan dan jembatan serta jalan akses menuju quarry Gunung Pengajar untuk pengambilan material pada pembangunan Mercu atau material penutup.
“Diperkirakan nanti bulan November 2021 kita akan melakukan penutupan sungai atau river klausul dan selesah itu dilakukan pembangunan Mercu Bendungan. Untuk materialnya diambil dari Gunung Pengajar, sehingga pembuatan by pass juga turut membangkitkan perekonomian masyarakat di Gunung Pengajar,” ujar Sugeng Harianto.
Pembangunan Bendungan Leuwikeris setidaknya memberikan 5 manfaat bagi masyarakat di kabupaten/kota sekitar yakni suplai air irigasi untuk Daerah Irigasi (DI) Lakbok Utara di Ciamis seluas 6.600 hektare dan DI Manganti di Cilacap seluas 4.616 hektare, sehingga dapat mendorong peningkatan indeks pertanian (IP).
“Selama ini air yang terbuang ke laut kan tidak termanfaatkan, akhirnya ada beberapa daerah irigasi yang IP-nya tidak sampai 150%. Artinya kalau ada 100 hektare, hanya tanam sekali setahun. Nah dari tambahan 11,216 hektare tadi, ada penambahan IP kurang lebih 250% dalam satu tahu,” kata Sugeng Harianto.
Manfaat lainnya untuk menyediakan air baku sebesar 845 liter/detik untuk Kota Banjar, Kabupaten Tasikmalaya dan Ciamis. Selanjutnya mereduksi banjir sebesar 11,7% dari 509,7 m3/detik menjadi 450,02 m3/detik, potensi menjadi sumber daya listrik untuk PLTA sebesar 20 megawatt (MW) serta destinasi pariwisata, kawasan konservasi air tanah, dan perikanan.
(Source: Kementerian PUPR)